Ide Menulis Pembuka Cerita Novel yang Perlu Kamu Ketahui agar Tulisanmu Tidak Membosankan
Kesan pertama pembaca saat pertama kali membuka halaman novel sangat menentukan minat mereka untuk menamatkan novel. Ibarat sedang memikat pembaca, penulis hanya punya tiga detik untuk membuat pembaca jatuh cinta dengan kisah yang mereka ciptakan. Lalu, bagaimana cara memikat pembaca dalam tiga detik? Yap, dengan menulis pembuka cerita yang menarik pada bab sebuah novel.
Alur cerita dan penokohan yang bagus belum tentu membuat pembaca terpikat. Sebaliknya, pembuka cerita yang menarik justru membuat pembaca tertarik untuk menamatkan sebuah novel. Pembuka pada novel harus memiliki daya pikat supaya pembaca tertarik dan tidak bosan mengulik cerita lebih dalam. Lalu, bagaimana menulis kalimat pembukaan agar sebuah novel tidak membosankan?
Ide Menulis Pembuka Cerita Novel yang Perlu Kamu Ketahui agar Tulisanmu Tidak Membosankan
Kebanyakan penulis terlalu memfokuskan penulisan pada alur cerita, gaya bahasa, latar, dan penokohan. Sebaliknya, penulis justu lupa membuat pembuka cerita yang menarik. Padahal, tulisan di awal bab sebuah novel ibarat punchline yang dapat menggetarkan hati pembaca dalam sekali bidikan. Sayangnya, masih banyak penulis yang kesulitan membuat pembuka pada novel.
Kira-kira, bagaimana menulis pembuka novel yang tidak monoton? Berikut ini adalah beberapa ide menulis pembuka novel agar pembaca tidak mudah bosan dan berminat membaca tulisan kamu.
1. Menggambarkan Latar dan Penokohan
Mendeskripsikan latar dan penokohan di awal bab paling sering dipilih oleh para penulis untuk dijadikan pembuka. Tipe menulis pembuka seperti ini memang cenderung klise. Namun jika ditulis secara runtut dan menarik, pembuka seperti ini dapat membuat pembaca tertarik untuk membaca tulisan kamu.
Contoh: “Semua orang pasti pernah merasa tersesat, literally atau figuratively dan tidak ada yang membuat Raia merasa lebih salah tempat daripada sebuah pesta tahun baru. Sama sekali bukan karena dia anak rumahan yang lebih suka mendekam di kamar, atau karena dia benci kerumunan…” – The Architecture of Love oleh Ika Natassa (Bab 1, halaman 7)
2. Mendeskripsikan Keseharian Tokoh
Daripada membaca novel yang datar dan monoton, pembaca cenderung menyukai novel yang penuh pro dan kontra. Menulis pembuka bab pada novel dengan mendeskripsikan kebiasaan atau keseharian tokoh dapat membuat pembaca mengenali tokoh yang kamu ciptakan. Selanjutnya, deskripsikan juga perubahan keseharian tokoh setelah mengalami konflik.
Contoh: “Seperti biasa. Ritus pagiku adalah memandang bunga kecombrang yang tumbuh persis di depan jendela kamar tidur. Aku senang menikmatinya sambil mendengarkan suara seksi Frank Sinatra..” – Tempurung oleh Oka Rusmini (Bab Kecombrang, halaman 2)
3. Membuka Kisah dengan Quotes atau Kalimat Pertanyaan
Quotes maupun kalimat pertanyaan merupakan punchline yang cocok dijadikan sebagai pembuka cerita pada sebagian besar novel. Kutipan yang puitis cenderung membuat pembaca tergerak dan penasaran untuk membaca lanjutan cerita kamu. Selain itu, pertanyaan di awal cerita akan membuat pembaca berimajinasi dan penasaran dengan cerita kamu.
Contoh: “Every person has at least one secret that will break your heart…” – The Architecture of Love oleh Ika Natassa (Bab 6, halaman 68)
4. Menggambarkan Latar yang Dramatis di Awal Bab
Hampir sebagian besar novel mempunyai konflik yang penuh drama. Menggambarkan latar yang dramatis sebagai pembuka bab pada novel adalah salah satu trik supaya pembaca tidak bosan. Apalagi dengan penambahan sentuhan emosi, pembaca dapat merasakan emosi tokoh dan kecanduan membaca novel yang kamu tulis.
Contoh: “Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu. Semuanya sudah berlalu…” Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin oleh Tere Liye (Bab 2, halaman 31)
5. Menulis Konflik sebagai Pembuka Cerita
Konflik yang ditulis di awal cerita dapat menjadi pemantik di setiap bab pada sebuah novel. Selain itu, konflik dapat membuat para pembaca tertarik untuk mengulik novel kamu lebih dalam. Tipe awalan seperti ini memang menarik. Namun, penulis harus menjaga tension dalam setiap bab pada novel sehingga pembaca tidak mudah bosan.
Contoh: “Jakarta, 1989, Derit suara rem dan ban mobil yang menggerus aspal jalanan, disusul suara benturan hebat–entah dengan benda apa–begitu keras terdengar. Jeritan parau dan suara tangis yang muncul silih berganti memecah temaram Jakarta…” – Re: oleh Maman Suherman (Bab 1, halaman 4)
6. Foreshadowing
Foreshadowing adalah tipe pembuka cerita yang memberikan sedikit informasi soal ending atau konflik pada sebuah novel. Istilahnya, foreshadowing bermaksud untuk memberi spoiler agar pembaca penasaran dan membaca novel sampai tamat. Tipe awalan ini sering digunakan dalam prolog untuk mengantarkan pembaca pada detail cerita yang lebih dalam.
Contoh: “Sang penyair pernah menulis sebait puisi ini di atas secarik kertas lusuh. Saat itu dia masih berambut panjang menggapai pundak dan bersuara parau karena banyak berorasi di hadapan buruh. Ia menyelipkannya ke dalam sebuah buku tulis…. Tetapi hari ini, aku akan mati. Aku tak tahu apakah aku bisa bangkit..” – Laut Bercerita oleh Leila S. Chudori (Prolog, halaman 1)
Nah, demikian ide untuk menulis pembuka sebuah novel. Dari sekian banyak tipe, kalian sudah pernah coba atau tertarik mencoba yang mana?
Cicilia Novi Primiani
penulis sangat jelas dalam mendiskripsikan ide idenya dan menguasai materi