Cara Memikat Pembaca Melalui Gaya Bahasa pada Cerpen

Kalian tahu tidak kenapa cerpen bisa terlihat hidup dan memikat? Atau sebuah cerita dapat meninggalkan kesan mendalam bagi pembaca. Kalau menurut kalian, apa alasannya? Yap, rahasianya ada pada gaya bahasa.
Gaya bahasa pada cerpen sangat mempengaruhi pembaca, loh! Oleh karena itu, seorang penulis harus benar-benar memperhatikannya. Dengan gaya bahasa yang tepat, pembaca akan tertarik untuk membaca hingga akhir.
Cara Memikat Pembaca Melalui Gaya Bahasa pada Cerpen
Melalui artikel ini, kamu akan mendapatkan pemahaman terkait pengertian dan jenis gaya bahasa pada cerpen. Jadi simak artikel ini dengan seksama, ya!
Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan cara seseorang mengekspresikan pikiran dan perasaannya melalui bahasa, baik secara tulisan maupun lisan. Selain menggambarkan kepribadian pengarang, gaya bahasa juga memperlihatkan kemampuan pengarang dalam merangkai kata-kata. Hal ini, akan mempengaruhi penilaian orang terhadap dirinya.
Setiap pengarang akan memiliki gaya penulisannya masing-masing dalam menuangkan idenya. Ada yang menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti orang atau bahasa yang puitis sehingga meninggalkan kesan mendalam. Oleh karena itu, gaya bahasa menjadi salah satu unsur yang menarik dalam sebuah bacaan.
Fungsi Gaya Bahasa pada Cerpen
Menulis cerpen bukanlah persoalan yang mudah. Sebagai penulis, kamu tidak hanya bertugas menyampaikan ide dan gagasan dalam bentuk tulisan. Namun, perlu memperhatikan penggunaan bahasa sehingga karya menjadi lebih hidup.
Bahasa yang indah akan membuat tulisan lebih bernyawa sehingga alur cerita tampak hidup dan menarik. Gaya bahasa mempunyai peran dalam menciptakan makna dan efek estetik sehingga suatu karya sastra menjadi lebih bernilai. Dengan demikian, gaya bahasa merupakan salah satu hal yang penting dalam sebuah cerpen.
Jenis-Jenis Gaya Bahasa
Gaya bahasa terdiri dari berbagai jenis tapi dalam artikel ini akan membahas beberapa diantaranya. Berikut adalah jenis gaya bahasa yang dapat kamu gunakan saat menulis cerpen:
Bahasa figuratif berupa majas
Penulis kerap menggunakan bahasa figuratif atau bahasa kias untuk menyampaikan makna secara tidak langsung. Bentuk gaya bahasa ini sangat mendominasi dalam karya sastra. Hal ini, merupakan upaya pengarang dalam memanfaatkan bahasa untuk menciptakan efek estetis melalui penyampaian gagasan secara kreatif yang mengacu pada makna literal. Namun, kita akan fokus membahas bahasa figuratif yang berbentuk majas.
Majas merupakan cara mengekspresikan bahasa menggunakan makna tersirat melalui kiasan sehingga tidak merujuk pada makna kata yang sebenarnya. Penggunaan majas yang tepat akan membawa pembaca pada interpretasi yang penuh asosiasi. Hal ini akan menciptakan suasana dan tone tertentu. Penerapan majas juga menciptakan kesan yang murni, segar, dan mengejutkan sehingga penyampaian pesan lebih efektif. Berikut ini adalah beberapa jenis majas, seperti:
1. Metafora
Majas ini mirip seperti simile tapi tidak menggunakan kata pembanding seperti laksana, bagai, sebagai, dan lainnya. Metafora digunakan untuk menggambarkan suatu hal dengan cara menyamakannya dengan hal lain, meskipun pada dasarnya kedua hal tersebut berbeda. Contoh penggunaan:
Ayahku adalah matahari kehidupan dalam keluarga.
Hatimu seluas hamparan langit.
2. Simile
Majas yang digunakan untuk membandingkan satu hal dengan hal lain menggunakan istilah perbandingan seperti bagai, sebagai, laksana, ibarat, bak, dan lainnya. Majas ini sering digunakan dalam karya sastra karena paling sederhana. Contoh penggunaan:
Parasmu bagai bunga yang mekar.
Suaramu bak lumba-lumba di lautan lepas.
3. Personifikasi
Majas ini dipakai untuk menyamakan benda dengan manusia. Jadi benda mati tersebut seolah-olah hidup seperti manusia. Dari dulu hingga sekarang para sastrawan sangat sering menggunakan majas personifikasi. Hal ini memberikan efek menghidupkan, memperjelas, dan menciptakan imaji yang lebih nyata. Contoh penggunaan:
Pohon kelapa menari-nari di pinggir pantai.
Angin malam menyapa kulitku dengan kencang.
4. Metonimia
Majas ini dikenal sebagai majas pengganti nama. Metonimia merupakan penggunaan sesuatu yang berhubungan erat dengan suatu objek untuk menggantikan objek itu sendiri. Contoh penggunaan:
Dari kejauhan nampak Rolls-Royce berjejer di jalanan.
Aku selalu menganggukkan kuda besi itu untuk berangkat ke sekolah.
5. Sinekdoke
Penulis menggunakan ini untuk menyebutkan bagian penting dari suatu objek untuk mewakili objek tersebut secara keseluruhan atau sebaliknya. Sinekdok terbagi menjadi dua macam, yaitu ((1) pars pro toto (sebagian untuk mewakili keseluruhan) dan (2) totum pro porte (keseluruhan untuk mewakili sebagian). Contoh penggunaan:
Semua mata tertuju pada insan yang terkapar di jalan raya.
Citraan
Citraan mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu karya sastra. Adanya citraan dapat membentuk gambaran dan merangsang imajinasi sehingga dapat menghadirkan pengalaman bagi pembaca. Citraan terdiri dari serangkaian citra yang menggambarkan objek dan sifat yang dapat dirasakan oleh indera. Penulis dapat menyampaikan hal ini menggunakan kata secara harfiah atau kiasan.
Citraan tidak hanya berfungsi memberi gambaran yang dapat dirasakan dan dipikirkan tetapi juga untuk menarik perhatian pembaca. Dengan ini, mampu membangun pemahaman dan emosi. Citraan terbagi menjadi tujuh jenis yakni:
1. Citraan penglihatan
Citran ini merujuk pada penggambaran yang dapat dilihat dengan indera penglihatan. Penulis bisa menggunakan ini untuk menggambarkan karakter tokoh, suasana, tempat, atau pandangan. Contoh penggunaan:
Wanita berbaju merah memiliki paras yang cantik.
2. Citraan pendengaran
Citraan ini berkaitan dengan indera pendengaran. Penulis kerap menggunakan pendengaran dalam karya sastra. Adanya citraan pendengaran mampu menghidupkan peristiwa atau pengalaman hidup yang berkaitan audio sehingga pembaca lebih mudah membayangkan. Contoh penggunaan:
Suara gemuruh bersahut-sahutan di malam hari.
3. Citraan penciuman
Penggunaan citraan ini tidak semasif citraan penggambaran, pendengaran, dan gerak. Fungsi dari citraan ini bertujuan untuk membangkitkan indera penciuman. Jadi pembaca mendapatkan pemahaman secara utuh terkait teks sastra melalui citraan ini. Contoh penggunaan:
Aroma busuk mulai menyeruak ke seluruh ruangan.
4. Citraan pencecapan
Tujuan dari citraan ini untuk menggambarkan kepada pembaca terkait indera pencecapan. Hal ini membangkitkan imajinasi yang berkaitan dengan rasa. Dengan citraan ini pembaca mudah membayangkan rasa baik itu makanan atau minuman. Namun, citraan ini jarang digunakan seperti citraan penciuman. Contoh penggunaan:
Rasa manis dari coklat mulai menyebar di mulut.
5. Citraan gerak
Citraan yang berfungsi untuk melukiskan sesuatu hal yang bergerak atau benda mati yang seolah-olah bergerak. Hal ini membuat suatu hal terasa lebih hidup dan dinamis. Penulis sering menggunakan ini dalam karya sastra karena dapat membangkiktan imajinasi dan memberikan gambaran gerakan kepada pembaca. Contoh penggunaan:
Daun-daun bergoyang mengikuti irama angin.
6. Citraan intelektual
Citraan yang terbentuk dari pemikiran dan asosiasi logika. Penulis memanfaatkan ini untuk menghidupkan imajinasi pembaca. Citraan ini dapat merangsang intelektualitas pembaca dan memunculkan berbagai pemikiran dalam mereka. Jenis ini sering kali digunakan dalam karya sastra. Contoh penggunaan:
Hanya engkau yang bisa memutuskan arah mana yang akan kau tuju.
7. Citraan perabaan
Citraan perabaan berkaitan dengan indera peraba. Sayangnya, citraan ini sedikit digunakan dalam karya sastra. Namun, ini berfungsi untuk melukiskan keadaan emosional tokoh. Contoh penggunaan:
Selimut tersebut terasa kasar ketika mengenai kulitnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa dalam cerpen bukan hanya sekedar hiasan. Namun, suatu elemen penting untuk menghidupkan suatu cerita sehingga dapat memikat pembaca. Oleh karena itu, sebagai penulis harus cermat dalam memilih kata yang akan digunakan. Kalau begitu selamat mencoba dan mempraktikkan, ya!
Tuliskan Komentar