9 Kesalahan dalam Menulis Puisi yang Wajib Diketahui Pemula
Menulis puisi menjadi salah satu cara mengekspresikan perasaan seseorang. Puisi tersebut kerap dibuat untuk diri sendiri, tetapi ada juga ditujukan untuk para pembaca. Apa pun tujuannya, menulis puisi harus sesuai dengan aturan umum sehingga dapat terhindar dari kesalahan.
Kesalahan dalam menulis puisi sering terjadi baik sebelum maupun setelah proses self-editing. Hal itu dapat terjadi karena seorang penyair belum menyadari titik kesalahannya. Dengan demikian, kamu perlu membaca artikel ini agar kesalahan dalam menulis puisi dapat diminimalisasi dan diterima banyak pembaca.
9 Kesalahan dalam Menulis Puisi yang Wajib Diketahui Pemula
Kesalahan adalah ketidaksengajaan yang lumrah dilakukan semua orang. Meski lumrah, hal ini tidak bisa terus-menerus kita maklumi. Dalam menulis puisi, kesalahan yang kebanyakan orang anggap lumrah akan dianggap sebagai sebuah kebenaran.
Agar tidak melakukan kesalahan yang sama, kamu perlu tahu kesalahan apa saja dalam menulis puisi demi tercapainya hasil puisi yang layak diapresiasi. Simak setiap poinnya dengan saksama, ya!
1. Tidak ada Imaji dan Detail
Dalam puisi, imaji dan detail merupakan elemen yang saling melengkapi. Dengan keduanya, puisi akan jauh lebih hidup. Kebanyakan pemula tidak membuat puisi dengan dua hal ini, sehingga hasilnya cenderung medioker dan kurang bermakna.
Perlu kamu ketahui bahwa dengan adanya imaji dalam puisi dapat membantu visualisasi menjadi lebih nyata di benak pembaca. Hal ini mendorong pancaindra seakan merasakan hal serupa yang terasa dalam kata-kata.
Sementara itu, keberadaan detail dalam puisi mampu memperdalam suasana dan memperkuat emosi sehingga sesuatu yang abstrak tidak lagi mengganggu isi puisi. Kamu dapat membaca contoh di bawah ini agar lebih jelas.
Warna pelangi nan cantik menghiasi atap biru tak bertiang itu
Serasi dengan warna-warni daun mapel yang masih melekat di pohonnya yang kuat
Penggunaan frasa ‘warna pelangi nan cantik’ merupakan imaji dalam puisi yang mampu merangsang indra penglihatan pembaca dan memvisualisasikannya dalam pikiran. Sementara itu, frasa ‘daun mapel yang melekat di pohon yang kuat’ memberikan suasana yang lebih detail dan mudah digambarkan dalam benak pembaca.
2. Mengesampingkan Sisi Emosional
Puisi yang baik adalah yang mampu menyentuh emosi pembaca dengan diksi-diksinya. Dengan hal itu, isi dan makna puisi akan lebih dekat dan terasa di hati pembaca. Sebagian penyair pemula terkadang hanya berfokus pada diksi belaka sehingga sisi emosional dalam puisi tidak terasa.
Hal buruk yang bisa akan kamu dapatkan jika tidak mengikutsertakan sisi emosional adalah kurangnya daya pikat puisi sehingga puisimu tidak autentik. Untuk itu, kamu perlu mengetahui beberapa alasan mengapa sisi emosional harus ada dalam setiap diksi. Di bawah ini contoh singkat puisi yang menonjolkan sisi emosional:
Berkabung dalam balutan dinginnya malam
Sedu sedan bocah kecil terbawa semilir angin
Tubuhnya yang dingin ingin memeluk kembali hangat ibunya
Meski tak mungkin lagi bisa
3. Tidak Melakukan Self-Editing
Dalam menulis apa pun, kamu perlu melakukan self-editing. Mengapa demikian? Karena rangkaian diksi yang kamu pikirkan pertama kali terkadang masih kurang pas jika dibaca beberapa kali. Untuk itu, kamu perlu menyempurnakannya agar berbagai aspek dalam puisi tersampaikan dengan semestinya.
Bagi kamu yang masih menulis puisi tetapi malas untuk melakukan self-editing, kamu perlu menghilangkan kebiasaan ini agar kesalahan dalam menulis puisi tidak mengganggu estetika puisimu.
4. Takut Mencoba Hal Baru
Sebagian pemula meniru penulisan puisi dari penyair yang mereka kagumi. Meski gaya penulisan puisi para penyair lain sudah professional, bukan berarti hal itu dapat diterapkan oleh orang yang berbeda dan mengharapkan hasil yang serupa.
Kamu boleh meniru bagaimana seorang penyair senior menyalurkan perasaan dengan puisinya sekadar untuk latihan. Namun, kamu tetap harus belajar menemukan warnamu sendiri dengan melakukan banyak eksperimen mulai dari penggunaan diksi hingga struktur. Dengan demikian, puisi yang kamu tulis menjadi manifestasi dirimu yang sebenarnya.
5. Banyak Frasa Klise
Kesalahan lain yang umum pemula lakukan adalah menggunakan frasa klise. Klise berarti ungkapan yang sering orang-orang pakai sehingga terlalu umum. Jika kamu masih menggunakan hal demikian, ada baiknya mulai kamu kurangi pengaplikasiannya agar tidak membuat puisimu cenderung biasa saja.
Penggunaan frasa klise memberi beberapa dampak yang kurang baik, seperti mengurangi daya imaji para pembaca sehingga mengurangi orisinalitas karya dan makna.
Contohnya, alih-alih menulis seperti ini, “kau buat hatiku luka tapi tak berdarah”, kamu dapat menggunakan alternatif lain seperti, “elegi menusuk kalbu, menyisakan jejak yang tak kunjung sembuh”. Dengan demikian, puisi kamu akan jauh lebih menyentuh dan nilai estetikanya pun meningkat.
6. Menggunakan Rima secara Tidak Alami
Biasanya, penyair pemula menyukai puisi dengan rima yang indah, tetapi tidak memperhatikan makna di baliknya. Meski terdengar serasi antara bait satu dengan lainnya, kamu mesti harus mencari tahu apakah rima tersebut relevan dengan rangkaian diksi sebelum maupun setelahnya.
Jika memaksakan rima, makna puisi akan bergeser dan lebih rancu. Selain itu, memaksakan rima dalam puisi hanya akan memberi kesan berlebihan. Maka dari itu, rima seyogianya memperkaya puisi dan bukan merusaknya.
7. Tema yang Kurang Jelas
Terkadang, penyair pemula membuat puisi dengan tema yang kurang jelas sehingga sulit menafsirkan maksudnya. Tema yang mengambang hanya akan membuat puisi kurang berkesan, sulit menggapai emosi yang sesuai harapan, hingga sulit menentukan arah maknanya.
Agar tema puisi yang kamu buat lebih jelas, sebaiknya kamu perlu menentukan lebih dulu gagasan utamanya. Sebagai contoh, jika ingin menulis puisi bertema kesedihan yang tengah kamu rasakan, maka gambarkan kesedihan itu dalam bentuk simbol yang berkaitan dan penggunaan diksi yang sesuai.
8. Tidak Menyertakan Ritme
Ritme tidak sama dengan rima. Jika rima merupakan persamaan bunyi, maka ritme merupakan pola bunyi yang terbentuk dari repetisi kata, frasa, hingga jeda pembacaan. Dalam puisi, ritme dapat menciptakan suasana tertentu dan merangkai alur pembacaan. Dengan ritme, membaca puisi seperti sedang menikmati alunan musik atau membaca sebuah novel.
Sebagian pemula kerap tidak menyertakan ritme dalam puisinya sehingga sulit menemukan keindahan auditorinya. Maka, kamu perlu mengetahui beberapa cara yang dapat kamu lakukan agar puisimu memiliki ritme.
- Kamu dapat menggunakan pengulangan pada setiap awal larik untuk menciptakan konsistensi, seperti menggunakan kata ‘aku’ sebanyak larik yang tertulis pada sebuah bait.
- Perhatikan jeda untuk mengatur alur pembacaan. Kamu bisa menentukan posisi koma pada kata tertentu sesuai naluri dan isi puisi.
- Ciptakan larik pendek dan panjang dalam satu bait agar pola irama semakin terasa.
9. Terpaku pada Tata Bahasa
Penyair pemula masih merasa ragu jika hendak menulis puisi tanpa memperhatikan tata bahasa. Mengapa? karena mereka menganggap menulis puisi sama seperti menulis karya fiksi lainnya. Nyatanya, puisi tidak boleh ditulis dengan kaku karena hal itu merupakan wujud kreatif yang ekspresif dan memprioritaskan keindahan.
Tanpa terpaku pada tata bahasa, puisi akan jauh lebih fleksibel dan memiliki daya pikat yang tinggi. Untuk itu, kamu tidak perlu ragu untuk menciptakan puisi yang jauh dari aturan tata bahasa dan wujudkan sisi keindahan yang ingin kamu perlihatkan dari karyamu itu.
Demikianlah sembilan kesalahan dalam menulis puisi yang wajib diketahui pemula. Semoga dari uraian ini kamu tidak melakukan kesalahan yang sama di lain waktu demi terwujudnya karya yang orisinal, indah, dan menyentuh.
Tuliskan Komentar